twitter

Man Jadda Wajada | 
Man jadda wajada adalah kalimat bahasa Arab bukan ayat al-Quran atau hadis. Dari struktur qawaid (tata bahasa Arab), kalimat tersebut adalah kalimat yang sempurna. Ucapan tersebut menurut sebagian kalangan pernah diucapkan Umar bin Abd Aziz, tetapi sebagian lagi membantahnya, dan mengatakan bahwa kalimat man jadda wajada hanyalah ucapan orang Arab yang menjadi kalimat motivasi turun temurun.
“Siapa bersungguh-sungguh dia berhasil”, demikian arti kata demi kata dari kalimat motivasi tersebut. “Jadda” (bersungguh-sungguh) adalah kata kerja bentuk lampau, telah dilakukan, dan diistilahkan dalam ilmu qawaid dengan fi’il madhi. Pekerjaan yang telah dilakukan mengisyaratkan adanya harapan dan hasil dari pekerjaan. Hasil dari pekerjaan “Jadda” itu adalah “wajada”, yang berarti mendapatkan atau berhasil. Seperti halnya dengan kata “jadda”, “wajada” juga adalah kata kerja bentuk lampau.

Jika demikian, arti kalimat man jadda wajada dalam posisi kata jadda dan wajada sebagai kata kerja bentuk lampau adalah; siapa yang telah bersungguh-sungguh, maka dia telah berhasil. Apa maksud “telah berhasil” jika “jadda” adalah bentuk lampau yang mengisyaratkan adanya harapan dan hasil dari pekerjaan?. Struktur kalimat inilah bagi penulis letak dari nilai magis kalimat Man Jadda Wajada.

“Sungguh-sungguh” dalam bahasa indonesia berarti tidak main-main, dengan segenap hati, dengan tekun, dan benar-benar. “bersungguh-sungguh”, berarti berusaha dengan sekuat-kuatnya (dengan segenap hati, dan dengan sepenuh minat). Jika ditilik ke belakang, makna kata bersungguh-sungguh tentunya mempunyai sebab. Kesungguhan tidak hadir tiba-tiba dan sekejap, tapi ada sebab yang melatarbelakangi. Bahkan sesuatu yang bukan minat, dan cita-cita seseorang, menjadikan objek tujuan orang tersebut untuk bersungguh-sungguh mencapainya.

Bersungguh-sungguh merupakan faktor penting untuk meraih sebuah keberhasilan dan kesukesan. Tidak ada kata berhasil dan sukses kecuali bagi mereka yang bersungguh sungguh. Dan nilai keberhasilan serta kesukesan seseorang sangat berbanding lurus dengan seberapa besar kesungguhannya. Man Jadda wajada, begitulah sebuah makhfudzat Arab mengatakan.

Makhfudzat yang terdiri dari tiga kata tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut; kata “man” dalam kaidah bahasa Arab merupakan “huruf syarat” yang berarti “siapa”. Dengan demikian siapapun orangnya, baik itu orang yang beragama Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Budha ataupun ateis sekalipun; orang aborigin, negro maupun indian sekalipun; ketika dia bersungguh-sungguh (jadda) maka dia akan mendapatkan (wajada) apa yang dia harapkan. Sedangkan kata “jadda”, yang memiliki makna “bersungguh sungguh”, mengandung arti umum yang berarti kesungguhan dalam segi apapun, dalam hal-hal yang positif maupun negatif. Adapun kata “wajada” yang dalam kalimat tersebut merupakan “jawab syarat” dari huruf syarat “man” adalah sebuah implikasi atau hasil dari bersungguh-sungguh (jadda). Jadi, kesungguhan merupakan aspek penting yang menentukan seseorang dalam mendapatkan apa yang dicita-citakannya bahkan kesungguhan merupakan syarat untuk meraih kesuksesan.

Kata bersungguh-sungguh “jadda” dalam konsep Islam terkait dengan tiga istilah penting, yaitu jihad, ijtihad dan mujahadah. Ketiga kata tersebut secara umum memiliki arti yang sama, yaitu “bersungguh-sungguh.” Hanya saja dalam aplikasinya, ketiga kata ini memiliki posisinya masing-masing, seperti jihad merupakan kesungguhan melalui fisik, ijtihad kesungguhan melalui akal pikiran dan mujahadah kesungguhan melalui hati. Apabila ketiganya sudah menyatu dan terintegrasi dalam diri seorang mukmin, maka akan terbentuklah pribadi yang tangguh yaitu ribadi yang dalam istilah tokoh intelektual muslim terkenal, Sir Iqbal, disebut sebagai al-insan al-kamil (manusia yang sempurna).

Banyak orang yang dalam meraih impiannya telah terinspirasi oleh makhfudzat singkat namun syarat makna ini. Mereka yang mau meresapi makna terdalam dari makhfudzat ini, akan mampu mencapai apa yang dicita-citakannya. Kita masih ingat sang penulis novel best seller Ahmad Fuadi yang menulis novel berjudul “Negeri 5 Menara”. Ketika dalam suatu wawancara di salah satu TV swasta, dia ditanya oleh sang moderator; apa yang membuat anda seperti sekarang sehingga anda dapat menelorkan sebuah karya non-fiksi sebagus ini? Pertanyaan itu kemudian dijawab dengan nada mantap oleh sang penulis; semua ini tidak lain karena saya memiliki prinsip “man jadda wajada”. Dengan prinsip ini saya yakin bahwa apapun cita-cita kita, selama kita bersungguh sungguh maka kita akan mendapatkannya, tentunya juga dengan selalu mengharap dan berdoa kepada Allah Ta’ala, ungkap penulis yang pernah ditawari 8 jenis beasiswa sekaligus. Itulah salah satu kisah dari sekian banyak kisah orang yang meresapi, memahami, mendalami serta menjalani makhfudzat ini.



Dalam budaya Jawa, juga terdapat ungkapan yang cukup berkesan dan tentunya masih berhubungan erat dengan makhfudzat yang satu ini; “Sapa sing tekun, mesti bakal tekan senajan kudu nganggo teken”. Maksudnya, orang yang di dalam jiwanya sudah tertanam semangat ketekunan, maka dia akan senantiasa berusaha untuk mewujudkan apa yang dicita-citakannya, walaupun dia harus menggunakan tongkat agar sampai pada yang ditujunya itu. Ibarat seorang pendaki gunung. Ketika dia sudah berkomitmen di dalam dirinya untuk mendaki gunung, maka dia akan terus mendaki setapak demi setapak. Ketika di tengah perjalanan dia menghadapi berbagai macam rintangan dan hambatan, hal itu tidak menyulutkan nyalinya untuk tetap mendaki. Semak belukar, batu terjal dan berbagai macam kendala akan tetap dilaluinya walaupun dia harus berjalan terseak-seak dengan ditemani sebatang tongkat di tangannya. Itulah hakikat ketekunan yang tentunya tidak bisa lepas dari kesungguhannya untuk meraih harapannya agar sampai di puncak.

Ketika kita melihat orang berhasil dengan kesuksesan yang luar biasa, itu bukan berarti disebabkan mereka yang luar biasa, tapi dikarenakan mereka bersungguh-sungguh secara luar biasa. Namun sayangnya, kebanyakan dari kita terkadang hanya melihat mereka dari apa yang mereka dapatkan sekarang. Kita jarang menanyakan mereka yang dulu. Bagaimana mereka meraih kesuksesan yang seperti sekarang kita lihat. Untuk itu paradigma dan persepsi kita sudah seharusnya dirubah. Kita pelajari bagaimana mereka sukses bukan kesuksesan seperti apa yang mereka dapatkan.

Dan ketika kita mempunyai cita-cita serta harapan, maka ada satu hal yang harus dikerjakan yaitu kesungguhan dalam mewujudkannya. Kesungguhan di dalam proses tersebut akan menentukan hasil yang akan dicapai. Semakin besar kesungguhan maka akan semakin mendekatkan pada hasil. Namun sebaliknya, apabila kesungguhan tidak ada, tentunya tidak pantas untuk menunggu hasil.

Hidup yang tidak dilalui dengan kesungguhan dan perjuangan adalah hidup yang tidak layak untuk dilanjutkan. Karena kesuksesan berbanding lurus dengan kesungguhan dan perjuangan, maka tanpa keduanya tidak ada yang namanya kesuksesan. Wallahu a’lamu bish-shawwab.
Senin, 30 April 2012 | 0 komentar | Label:

Louis Cha, GBM, OBE (lahir 6 February 1924), lebih dikenal dengan nama penanya Jin Yong, adalah seorang penulis novel bergenre Wuxia. Bersama Gu Long dan Liang Yusheng dijuluki sebagai tiga legenda dalam literature wuxia. Beliau juga merupakan rekanan pendiri Ming Pao sebuah Koran nasional di hongkong.

Awalnya lima belas novel karya Jin Yong hanya diedarkan di kalangan komunitas masyarakat China, baik di China daratan, Hongkong, Taiwan , Asia Tenggara dan masyarakat pecinan di Amerika serikat. Namun kini karyanya juga telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, perancis, Korea, dan jepang. Berkat fans-nya yang luar biasa dipercaya bahwa karya-karya Jin Yong telah dicetak lebih dari seratus juta copy belum termasuk lisensi-lisensi dalam film, serial televisi, komik dan video games.

Lahir di Haining provinsi Zhejiang China, anak kedua dari tujuh bersaudara. Ayahnya seorang illustrator sementara kakeknya merupakan pensiunan pejabat di departemen pendidikan. Semenjak muda Jin Yong telah memiliki kegemaran membaca karya klasik dan sejarah. Pada tahun 1947, setelah lulus dari sekolah tinggi hubungan internasional, Jin Yong menjadi jurnalis Ta Kung Pao . setahun kemudian, dia diangkat menjadi editor dan pindah ke hongkong disana ia berteman dengan Chen Wentong, seorang novelist Wuxia yang lebih dikenal dengan nama "Liang Yusheng". Atas dukungan Liang Yusheng, pada tahun 1955 Jin Yong mulai menulis novel pertamanya, Pedang dan kitab suci.

Jin Yong
Pada tahun 1959, bersama teman sekolahnya Shen Baoxin. mendirikan harian hongkong Ming Pao. Beberapa tahun kemudian, Novelnya mulai dikenal oleh masyarakat luas dan diterbitkan di tiga benua Asia, Amerika dan Eropa.

Semenjak tahun 1970 Jin Yong menjadi seorang politikus dan aktivist bagi pengembalian wilayah hongkong ke China dan di tahun 1993 Jin Yong memutuskan pensiun dari dunia jurnalistik menjual semua sahamnya di ming pao dan hidup dari lisensi-lisensi yang diperoleh lewat novel-novelnya.



Selain dikenal sebagai penulis trilogy pendekar rajawali (Legend Pendekar Rajawali, Kembalinya Pendekar Rajawali, dan Golok Pembunuh Naga) Jin Yong juga menulis serial pendekar gunung salju, serial pedang dan kitab suci, serial pangeran menjangan, dan serial pendekar dari negeri Tay li, berikut adalah daftar kelima belas novel karya beliau:
Contoh novel | Jin Yon
  1. The Book and the Sword
  2. Sword Stained with Royal Blood
  3. The Legend of the Condor Heroes
  4. Fox Volant of the Snowy Mountain
  5. The Return of the Condor Heroes
  6. Other Tales of the Flying Fox
  7. Swordswoman Riding West on White Horse
  8. Blade-dance of the Two Lovers
  9. Heaven Sword and Dragon Sabre
  10. A Deadly Secret
  11. Demi-Gods and Semi-Devils
  12. Ode to Gallantry
  13. The Smiling Proud Wanderer
  14. The Deer and the Cauldron
  15. Sword of the Yue Maiden

Huruf-huruf mandarin pertama dari judul ke-empat belas Novel karya Jin Yong (tidak termasuk cerita pendek Sword Of Yue maiden) jika diurutkan dapat menbentuk sebuah kalimat puisi yang apabila diterjemahkan kurang lebih:
Memanah rusa putih, salju berjatuhan dari langit;
tersenyum, mengisahkan tentang jagoan tak terkalahkan , yang belajar tentang membebaskan diri dari godaan cinta (perempuan).
Menurut Jin Yong bait puisi diatas memang sengaja diciptakan sebagai cara cepat untuk menyebut keempat belas novelnya.
Kisah Trilogy of Condor heroes memiliki sejumlah kisah penghubung dengan kisah The Smiling Proud Wanderer. Jurus 9 pedang Duqu Qiubai dikisahkan dipelajari Linghu Chong dalam The smilling proud wanderer sementara salah satu pedang Duqu Qiubai digunakan Guo Fu untuk menebas lengan Yang Guo. Sementara goloknya justru diwarisi pendekar rajawali.
Tema dan ciri:

Tema utama dalam novel-novel Jin Yong adalah patriotism, tentang kerjasama berbagai elemen masyarakat keturunan Han dalam mengusir pemberontak dari wilayah utara (Khitans, Jurchens, Mongols, or Manchus). Jin Yong juga seringkali mengkritik sifat malas dan korupsi Birokrasi yang biasa terjadi disebuah negeri yang kaya. Lewat filsafat Khonghucu. Jin Yong selalu mengagung-agungkan sifat-sifat kebajikan dari tokoh utamanya serta menggambarkan sebuah hubungan yang harmonis antara rakyat dan penguasa, ayah dan anak, saudara tua dan saudara muda.
Patung beliau di pulau persik |  Jin Yong

Namun ajaran Khonghucu juga tidak selalu menjadi tema yang baku sebab di kisah kembalinya pendekar rajawali, Yang Guo justru kemudian dikisahkan memperistri gurunya sendiri XiaoLiong nu sesuatu yang dianggap tabu pada ajaran Khonghucu. Juga digambarkan bahwa Wei Xiaobao dalam kisah The deer and The Cauldron adalah seorang penjudi amoral yang gemar bermain wanita dan tinggal di rumah pelacuran namun justru menjadi tokoh utama

Ciri yang menarik dari karya-karya Jin Yong adalah kepiawaiannya dalam menggunakan referensi-referensi tokoh-tokoh dan event-event sejarah yang sangat akurat demi memperkuat jalan cerita dalam novelnya. Selain sejarah Jin Yong juga banyak menggunakan referensi lengkap dari ramuan herbal cina,Tehnik akupuntur, silat , musik tradisional cina, kaligrafi , permainan catur cina, dan budaya minum teh, beliau juga tercatat sebagai pencipta Sekte pengemis, perguruan fiksi yang dikemudian hari sering muncul sebagai salah satu perguruan dalam novel-novel wuxia.

Penghargaan:

Jin Yong mendapat gelar kesatria inggris OBE di tahun 1981. Dia juga memperoleh Chevalier de la Légion d'Honneur (1992) dan Commandeur de l'Ordre des Arts et des Lettres (2004), dari pemerintah Perancis.

Jin Yong juga merupakan professor kehormatan di Peking University, Zhejiang University, Nankai University, Soochow University, Huaqiao University, National Tsing Hua University, Hong Kong University (Department of Chinese Studies), the University of British Columbia, dan Sichuan University, juga merupakan doctor kehormatan di Hong Kong University (Department of Social Science), Hong Kong Polytechnic University, the Open University of Hong Kong, the University of British Columbia, Soka University and the University of Cambridge. He is also an Honorary Fellow of St Antony's College, Oxford and Robinson College, Cambridge, and Wynflete Fellow of Magdalen College, Oxford.

Sebuah asteroids yang ditemukan oleh astrolog China bertepatan dengan hari ulang tahunnya dinamai 10930 Jinyong (1998 CR2).
Minggu, 29 April 2012 | 0 komentar | Label:

Trilogi Rajawali adalah buah karya seorang pengarang cerita silat terkenal bernama Jin Yong. Trilogi Rajawali terdiri dari 3 buah novel:

  1. Legenda Pendekar Rajawali (Shen Diao Ying Xiong Zhuan)
  2. Kembalinya Pendekar Rajawali (Shen Diao Xia Lu)
  3. Pedang Langit dan Golok Naga (Yi Tian Tu Long Ji)


Rentang waktu cerita yang dicakup Trilogi Rajawali kurang lebih 150 tahun secara keseluruhan, dari era Dinasti Song sampai berakhirnya era Dinasti Yuan (berganti ke Dinasti Ming). Trilogi Rajawali menceritakan kisah petualangan 3 anak muda: Guo Jing, Yang Guo, dan Zhang Wuji.

Trilogi Rajawali Sebuah Karya Klasik
Meski Jin Yong telah mengarang banyak cerita silat lainnya di samping trilogi ini, namun ketiga novelnya ini mungkin yang paling terkenal dan paling digemari.
Sejak mulai diterbitkan sebagai cerita berseri di suratkabar, Trilogi Rajawali (bersama dengan karya-karyanya yang lain) terus menjadi bahan pembicaraan kalangan akademis, pemirsa televisi, dan tentunya penikmat cerita silat. Trilogi Rajawali terus menjadi sumber olahan para sutradara film televisi dan layar lebar, para komikus, hingga para pembuat game komputer. Orang-orang seolah tidak pernah bosan mengikutinya walau telah berulang kali disajikan, apakah itu dalam bentuk serial televisi, film layar lebar, novel, maupun komik.

Keistimewaan Trilogi Rajawali
Apa yang telah membuat Trilogi ini begitu istimewa mungkin karena gaya penceritaannya yang luar biasa mengenai ilmu silat. Ilmu silat di tangan Jin Yong tidak hanya dilukiskan sebagai ilmu yang tak terkalahkan, namun seperti yang digambarkan oleh Jiu Yin Zhen Jing (Kitab Sembilan Bulan) dan Jiu Yang Zhen Jing (Kitab Sembilan Matahari), ilmu silat digambarkan sebagai ilmu yang memadukan kekuatan dan kelemahan, rembulan dan matahari.

Trilogi Rajawali juga menunjukkan pemberontakannya atas tradisi. Percintaan antara seorang guru dengan muridnya misalnya, yang sangat ditabukan dalam masa klasik China, diangkat dalam novelnya yang ke-2 yaitu antara Yang Guo dengan gurunya Xiao Long Nui. Unsur kenegaraan juga begitu kental dimuat Trilogi Rajawali. Kesetiaan kepada negara dan rakyat merupakan tema pokok dari ketiga novel Trilogi ini.

Tentu hal lain yang membuat Trilogi Rajawali begitu istimewa adalah karena keromantisan ceritanya. Di mana kita bisa menemukan sebuah cerita tentang seorang laki-laki yang bersedia menanti istrinya 16 tahun lamanya dengan penuh kesabaran? Atau cerita yang mengisahkan perjuangan seorang wanita untuk mendapatkan restu ayahnya untuk menjalin hubungan dengan seorang pria yang pintar-pintar bodoh? Atau cerita tentang seorang pendekar silat yang bingung menemukan kata hatinya, di antara empat wanita cantik, yang kemudian pada akhirnya merelakan semua status dan jabatannya sebagai seorang pemimpin hanya untuk bisa bersama dengan wanita yang dicintainya?

Ringkasan Cerita Trilogi Rajawali

Legenda Pendekar Rajawali
Merupakan bagian pertama dari Trilogi Rajawali. Mengambil latar belakang cerita di masa akhir Dinasti Song (abad ke-12 masehi) saat China berada dibawah ancaman Kekaisaran Jin dan Mongolia. Cerita Legenda Pendekar Rajawali terpusat kepada kisah petualangan seorang laki-laki muda bernama Guo Jing, seseorang yang agak lamban di dalam berpikir namun memiliki kepribadian dan perilaku yang sangat baik. Guo Jing tumbuh di Mongolia namun merupakan seorang keturunan Han. Dia menjadi pendukung setia kaisar Song, dan bertekad untuk mencegah invasi Jin dan Mongolia. Guo Jing jatuh cinta kepada Huang Rong, anak perempuan dari Huang Yao Shi yang berjulukan Si Sesat Timur, satu dari lima tokoh silat terbesar di masa itu. Tokoh silat besar lainnya adalah: Ou Yang Feng (Si Racun Barat), Duan Zhi Xing (Si Kaisar Selatan), Hong Qi Gong (Si Pengemis Utara), dan Wang Chong Yang (Si Dewa Pusat).

Kembalinya Sang Pendekar Rajawali
Bagian kedua dari Trilogi Rajawali. Terjadi kurang lebih 20 tahun setelah kisah Legenda Pendekar Rajawali. Kaum Mongolia pada saat itu sedang menyerang China. Guo Jing dan istrinya, Huang Rong, mati-matian mencoba menyelamatkan kota Xiang Yang dari kejatuhan kepada kaum Mongolia. Meski Guo Jing dan istrinya mengambil peranan penting dalam kisah ini, tokoh sesungguhnya dari bagian kedua trilogi ini adalah Yang Guo, anak yatim dari Yang Kang (sahabat/musuh dari Guo Jing). Yang Guo mengalami masa kecil yang penuh dengan kesukaran. Dia kemudian berjumpa dengan seorang wanita muda cantik, yang umurnya lebih tua darinya, bernama Gadis Naga Kecil (Xiao Long Nui), yang mengajarinya ilmu silat. Mereka kemudian jatuh cinta, namun karena suatu keadaan yang tak terelakan, mereka harus menanti selama 16 tahun untuk bisa pada akhirnya bersama-sama.

Pedang Langit dan Golok Naga
Ini merupakan bagian terakhir dari Trilogi Rajawali, meski tokoh-tokoh utamanya tidak terhubung secara langsung dengan kedua bagian sebelumnya. Mengambil letar belakang cerita kurang lebih seratus tahun setelah kisah Kembalinya Sang Pendekar Rajawali. Bercerita mengenai 2 senjata terhebat di dunia: Pedang Langit (Yi Tian Jian) dan Golok Naga (Tu Long Dao), yang ditempa oleh Guo Jing dan Huang Rong dari pedang Xuan Tie Jian milik Yang Guo, sebelum kejatuhan kota Xiang Yang. Konon bila kedua senjata tersebut disatukan, kedua senjata tersebut dapat memberi pemiliknya kekuasaan yang tak tertandingi, sehingga dia dapat membebaskan China dari penjajahan Mongolia. Tokoh utama kisah Pedang Langit dan Golok Naga ini adalah seorang anak laki-laki yatim piatu bernama Zhang Wuji, yang memperoleh ilmu hebat dari Jiu Yang Zhen Jiung (Buku Sembilan Matahari) dan buku Sembilan Gulungan Keramat. Dia menjadi ketua Sekte Ming, dan di akhir kisah, memungkinkan salah seorang anak buahnya, Zhu Yuan Zhuang, untuk menjadi pendiri dinasti baru China, dinasti Ming. Sementara Wuji pergi menyongsong matahari terbenam bersama seorang putri Mongol.

Rentang Waktu Trilogi Rajawali

Trilogi Rajawali memiliki latar belakang cerita dalam 3 dinasti China, Song, Yuan, dan Ming, dengan rentang waktu cerita kurang lebih 150 tahun secara keseluruhan. Novel yang pertama, Legenda Pendekar Rajawali, terjadi pada era dinasti Song Selatan (1127-1279 masehi). Dinasti Song saat itu dalam keadaan lemah dan menjalin kerja sama dengan kaum Manchuria untuk melawan musuh yang menyerbu. Namun begitu musuh tersebut berhasil dikalahkan, kaum Manchuria berbalik menyerang dinasti Song dan mendesak dinasti Song ke selatan di tahun 1135 masehi. Kaum Manchuria kemudian mendirikan dinasti Chin di China utara.

Tahun 1206 Genghis Khan mempersatukan Mongolia dan mulai menaklukkan daerah-daerah sekitarnya untuk membentuk satu dari kerajaan terbesar dalam sejarah. Genghis Khan berhasil menaklukkan dinasti Chin Utara, namun baru berhasil menaklukkan Song Selatan pada tahun 1279, saat cucu Genghis Khan, Kublai Khan, memegang tampuk kekuasaan; dan membentuk dinasti Yuan. Dinasti Yuan menyebar begitu cepat dan menguasai daerah mulai dari Eropa Timur, Korea, sampai ke India. Kembalinya Sang Pendekar Rajawali, mengambil latar belakang cerita pada masa setelah kematian Genghis Khan.

Cerita yang terakhir, Pedang Langit dan Golok Naga, menceritakan masa kejatuhan dinasti Yuan di tahun 1368. Pemberontak berhasil mengusir keluar kaum Mongolia tersebut dan mendirikan dinasti Ming (1368-1644).


Tahun 1
Awal dari Legenda Pendekar Rajawali. Lahirnya dua bersaudara angkat Guo Jing dan Yang Kang.

Tahun 18
Guo Jing, yang dibesarkan dalam kesederhanaan di Mongolia, dan Yang Kang, yang dibesarkan dalam kelimpahan dan kemewahan Jin, tumbuh dewasa dan memulai petualangan.

Tahun 20
Yang Kang tewas di tangannya sendiri di sebuah kuil yang ditinggalkan. Turnamen Pedang Gunung Hua yang kedua diadakan dan dimenangkan oleh Ouyang Feng yang kemudian menjadi gila karena mempelajari ilmu Jiu Yin Zhen Jing yang dipelintir. Anak Yang Kang lahir, diberi nama Yang Guo oleh Guo Jing.

Tahun 22
Ghenghis Khan wafat karena tua. Akhir dari Legenda Pendekar Rajawali.

Tahun 33
Awal dimulainya Kembalinya Sang Pendekar Rajawali. Seluruh keluarga Lu dibunuh oleh Li Mochou, hanya putrinya Lu Wushuang dan saudara sepupunya Cheng Ying yang selamat. Cheng Ying ditemukan dan dipelihara oleh Huang Yaoshi, sedangkan Lu Wushuang dibawa oleh Li Mochou. Yang Guo yang berumur 13 tahun secara tidak sengaja terkena racun Li Mochou dan dirawat oleh Guo Jing yang sekarang telah berumur 33 tahun. Yang Guo bertemu dengan Ouyang Feng, yang telah menjadi gila, yang menyembuhkannya dan mengangkatnya sebagai anak.

Tahun 34
Seluruh keluarga Guo kembali ke Pulau Bunga Persik termasuk Yang Guo, dan 2 Wu bersaudara, Wu Dunru dan Wu Xiowen. Yang Guo dikirim ke Quanzhen Jiao untuk belajar, diusir keluarga dan dicap sebagai pengkhianat, dan diterima sebagai murid di Gumu Bai.

Tahun 37
Yang Guo keluar setelah belajar silat dari gurunya Xiao Longnui di Makam Kuno. Dia memulai petualangannya hanya untuk kemudian kembali kepada wanita yang disayanginya, Xiao Longnui, di Makam Kuno. Melarikan diri dari Li Mochou, mereka berjumpa dengan Ouyang Feng, yang menotok Xiao Longnui sehingga dia tidak bisa bergerak dan membawa Yang Guo untuk belajar silat. Yin Zhiping memperkosa Xiao Longnui.

Tahun 39
Guo Xiang lahir, dan segera setelah itu saudara kembarnya, Guo Buonu. Xiao Longnui menculik Guo Xiang untuk ditukarkan dengan obat penawar bagai racun yang diderita Yang Guo. Xiao Longnui meninggalkan pesan bagi Yang Guo dan pergi meninggalkannya.

Tahun 55
Nama Pendekar Rajawali menjadi sangat terkenal karena sepak terjangnya membela kebenaran. Yang Guo dan Xiao Longnui dipersatukan kembali setelah terpisah selama 16 tahun. Yang Guo dianggap sebagai salah satu dari 5 Jagoan, menggantikan ayah angkatnya Si Racun Barat Ouyang Feng, dan diberi julukan Si Gila Barat. Akhir dari Kembalinya Sang Pendekar Rajawali.

Tahun 56
Guo Jing dan Huang Rong melebur pedang Yang Guo dan membuat Pedang Langit dan Golok Naga.

Tahun 57
Guo Xiang berjumpa Zhang Sanfeng muda, masih berumur 16 tahun saat itu, dan mendorongnya untuk membangun Wu Dang Bai. Guo Xiang mendirikan E’Mei Bai.

Tahun 131
Ulang tahun Zhang Sanfeng yang ke-90. Pedang Langit & Golok Naga dimulai. Yu Daiyan dari Wu Dang Bai diracun dan menjadi lumpuh. Golok Naga dicuri oleh Xie Xun.

Tahun 141
Zhang Chuisan, Yin Susu, dan Zhang Wuji muda (berumur 10 tahun) kembali dari Pulau Api dan Es. Zhang Wuji diracun oleh orang-orang Mongolia. Zhang Chuisan dan Yin Susu bunuh diri.

Tahun 146
Zhang Wuji meninggalkan Ngarai Kupu-kupu. Zhang Wuji menyelamatkan Ji Xiaofun dan Yang Buhui dari Meijui Shitai.

Tahun 149
Zhang Wuji menguasai ilmu Qing Kun Da Nou Yi dan menjadi pemimpin Sekte Ming.

Tahun 150
Zhang Wuji menyerahkan kepemimpinan Sekte Ming setelah memenangkan peperangan melawan kaum Mongolia dan pergi bersama Zhao Ming. Akhir dari Pedang Langit & Golok Naga.

Partai & Sekte dalam Trilogi Rajawali

Legenda Pendekar Rajawali & Kembalinya Pendekar Rajawali

Seakte Quanzhen (Quanzhen Jiao)
Sebuah sekte religius yang didirikan oleh Si Dewa Pusat Wang Chongyang. Zhou Botong, Ma Yu, Qiu Chuji, dan Sun Bu'er merupakan sebagian dari pengikut setianya. Sekte ini memainkan peranan penting baik di LPR maupun di KSPR.

Partai Tapak Besi (Tiezhang Bai)
Partai ini didirikan oleh Qiu Qianren, yang terkenal dengan Tapak Besinya. Adik kembarnya, Qiu Qianran, yang sama sekali tidak memiliki kemampuan apa-apa, juga merupakan bagian dari partai ini. Partai ini hanya muncul di LPR, dan hanya disinggung sekilas dalam KSPR.

Partai Makam Kuno (Gumu Bai)
Di balik cinta/benci kepada Wang Chongyang, Lin Chaoying memenangkan Makam Kuno ini dan mengakuinya sebagai miliknya. Ia kemudian mendirikan partai Makam Kuno ini. Para pengikutnya semua wanita dan diperintahkannya untuk meludahi gambar foto Wang Chongyang. Partai ini baru muncul di KSPR.

Perkumpulan Pengemis (Gai Bang)
Di LPR, pemimpin perkumpulan ini adalah Si Pengemis Utara Hong Qigong. Dia menunjuk Huang Rong menjadi ketua ke-19, dan di KSPR Huang Rong menyerahkan kepemimpinan Perkumpulan Pengemis ini kepada Lu sebagai ketua yang ke-20.

Pulau Bunga Persik (Dou Hua Dao)
Pulau di mana Si Sesat Timur Huang Yaoshi hidup bersama keluarganya dan 5 orang murid: Mei Chaofeng, Chen Xuanfeng, Lu Chengfeng, Qu Lingfeng, dan Feng Mofeng. Di LPR, hanya Huang Yaoshi dan Huang Rong yang tinggal di pulau tersebut dan dalam KSPR, seluruh keluarga Guo pindah ke sana.

Lembah Tanpa Cinta (Jueqing Gu)
Lembah di mana Qiu Qianchi, adik perempuan dari Qiu Qianren dan Qiu Qianran, tinggal bersama suaminya Gongsun Zhi dan anak perempuannya Gongsun Lu’er. Hanya muncul di KSPR.

Pedang Langit & Golok Naga

Partai Wudang (Wudang Bai)
Sebuah partai religius yang didirikan oleh Zhang Sanfeng, tempat di mana 7 pendekar Wudang berada, di mana salah satunya adalah Zhang Cuisan, ayah dari Zhang Wuji.

Sekte Ming (Ming Jiao)
Sebuah sekte religius berasal dari Persia yang pada mulanya disebut Sekte Mani. Sekte ini memiliki tangan kanan Yang Xiao dan tangan kiri Fan Yao, dan menampung raja-raja dan lima panji pelanggar hukum yang paling ditakuti.

Partai E’Mei (E'Mei Bai)
Sebuah partai religius hanya-untuk-wanita yang didirikan oleh Guo Xiang setelah kehilangan Yang Guo-nya. Generasi berikutnya dipimpin oleh seorang pembenci-laki-laki Meijui Shitai dan kemudian mewariskannya kepada Zhou Zhiruo. Satu-satunya partai yang mengetahui rahasia dari Pedang Langit dan Golok Naga.

Partai Shaolin (Shaolin Shi)
Diperkirakan didirikan oleh seorang biarawan bernama Da Mo. Di biara ini Cheng Kun, seorang kriminal gila, bersembunyi.

Partai Kunlun (Kunlun Bai)
Sebuah partai kecil penuh dengan anggota-anggota pembohong yang dipimpin oleh sepasang suami-istri yang lebih tidak jujur dan penuh kebohongan.

Partai Kondong (Kongdong Bai)
Sebuah partai kecil yang dipimpin oleh seorang yang rakus dan tidak jujur.

Sekte Rajawali Surgawi (Tianying Jiao)
Sebuah sekte pecahan dari Sekte Ming yang didirikan oleh salah satu anggotanya Si Elang Putih Yin Tianzheng setelah kejatuhan Sekte Ming.

Perkumpulan Pengemis (Gai Bang)
Perkumpulan ini mengalami kemunduran luar biasa setelah masa kepemimpinan Hong Qigong dan Huang Rong. Sekarang Perkumpulan Pengemis berisi orang semacam Chen Yuliang yang sangat licik, seorang pelayan pribadi Cheng Kun, yang berencana untuk membunuh mereka semua dari kelompok baik.

Jurus Silat dalam Trilogi Rajawali

Legenda Pendekar Rajawali

Dalam Legenda Pendekar Rajawali terdapat dua kitab utama: Kitab Sembilan Bulan (Jiu Yin Zhen Jing), sebuah kitab yang memuat ilmu silat terhebat pada masa itu, dan Wu Mu Yi Shu sebuah kitab strategi perang yang ditulis oleh Yue Fei.

Kitab Sembilan Bulan
Kitab Sembilan Bulan memuat banyak ilmu yang hebat, tidak hanya ilmu silat yang hebat (salah satunya jurus Cakar Tulang Putih Sembilan Bulan yang dipelajari oleh Mei Chaofeng, murid Huang Yaoshi) namun juga memuat ilmu pengobatan, ilmu pukulan, tenaga dalam, dan lain-lainnya.

Kitab Sembilan Bulan disusun oleh Huang Shang, seorang pejabat pemerintah di masa kekaisaran Song, yang berbakat dalam ilmu silat dan kesusasteraan. Kaisar Song memerintahkan Huang Shang untuk menyusun satu kitab berdasarkan ribuan gulungan surat berisikan aneka ragam keterangan, dari tenaga dalam, ilmu pengobatan, sampai filsafat Tao. Kompilasi ini menjadi jilid pertama dari Kitab Sembilan Bulan. Empat puluh tahun kemudian Huang Shang menyusun jilid kedua dari Kitab Sembilan Bulan, berdasarkan hasil penyelidikan dan latihannya selama empat puluh tahun. Ilmu silat yang dihimpun dan ditulis Huang Shang mampu menetralisir ilmu silat mana pun dari partai-partai silat yang ada saat itu.

Kedua jilid Kitab Sembilan Bulan tidak terdengar kabarnya selama beberapa tahun dan baru muncul lagi saat turnamen di Gunung Hua yang pertama diadakan. Lima jagoan besar – si Sesat Timur Huang Yaoshi, Racun Barat Ouyang Feng, Kaisar Selatan Duan Zhixing, Pengemis Utara Hong Qigong, dan Dewa Pusat Wang Chongyang – setuju pemenang dari turnamen tersebut akan menjadi pemilik tunggal dari Kitab Sembilan Bulan. Setelah pertarungan yang sengit selama tujuh hari, Wang Chongyang akhirnya mampu memenangkan turnamen tersebut dan merebut Kitab Sembilan Bulan.

Wang Chongyang mewariskan Kitab Sembilan Bulan kepada adik seperguruannya si Bocah Tua Nakal Zhou Botong. Setelah kematian Wang Chongyang itu, Zhou Botong pergi ke Pulau Bunga Persik untuk memperingati si Sesat Timur Huang Yaoshi untuk tidak mencoba-coba mencuri kitab itu dari tangannya. Istri Huang Yaoshi yang memiliki ingatan fotografis, mampu mengingat seluruh isi dari Kitab Sembilan Bulan dengan sekali melihat saja. Ia kemudian menyalin seluruh isi dari Kitab Sembilan Bulan itu untuk suaminya. Mei Chaofeng dan Chen Xuanfeng murid dari Huang Yaoshi belakangan mencuri kitab hasil salinan tersebut.

Beberapa tahun kemudian, salinan Kitab Sembilan Bulan, yang telah ditatokan Chen Xuanfeng di kulit dadanya, tanpa sengaja jatuh ke tangan Guo Jing, saat Mei Chaofeng bertarung dengan Hong Qigong.

Bertahun-tahun setelah itu, saat Guo Jing dan istrinya Huang Rong, yang sedang mempertahankan benteng Xiang Yang dari serangan kaum Mongolia, melihat bahwa mereka tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi, mereka memutuskan untuk menyembunyikan Kitab Sembilan Bulan bersama dengan ilmu silat yang lain, ilmu Delapan Belas Jurus Pukulan Penakluk Naga, ke dalam dua pedang, Pedang Langit dan Golok Naga, yang mereka tempa dari pedang Xuan Tie Jian milik Yang Guo.

Pedang Langit diwariskan Guo Jing kepada putri termudanya Guo Xiang, yang kemudian mendirikan Partai E’Mei. Seratus tahun kemudian, ketua generasi ke-4 Partai E’Mei, Zhou Zhiruo dapat membongkar rahasia Kitab Sembilan Bulan ini dan sempat menggunakannya untuk menimbulkan kekacauan di dunia persilatan pada waktu itu. Nasib dari Kitab Sembilan Bulan setelah itu tidak diketahui lagi.

Jurus Tokoh Utama Lainnya

Wang Chongyang
Pendiri Sekte Quanzhen (Quanzhen Jiao) dan miliki julukan si Dewa Pusat. Jurus andalannya adalah Ilmu Totok Satu Jari (Yi Yang Zhi). Ketujuh muridnya memiliki ilmu Barisan Tujuh Bintang Utara.

Hong Qigong
Ketua Perkumpulan Pengemis (Gai Bang) dan berjulukan si Pengemis Utara, andalannya adalah 18 Jurus Pukulan Penakluk Naga (Xiang Long Shi Ba Zhang) dan Ilmu Tongkat Penggebuk Anjing (Da Gou Bang Fa).

Ouyang Feng
Memiliki julukan si Racun Barat, karena hebat dalam hal racun. Ilmu andalannya adalah jurus Kodok (Ha Ma Gong). Ia memiliki ilmu tongkat yang cukup hebat juga, dan beracun karena di ujung tongkatnya Ouyang Feng menaruh ular beracun.

Duan Zhixing
Dengan julukan si Kaisar Selatan. Terkenal dengan jurus andalannya Ilmu Totok Satu Jari (Yi Yang Zhi), sebenarnya ilmu ini ia dapat dari Wang Chongyang guna menghadapi Jurus Kodok si Racun Barat Ouyang Feng. Ilmu silat aslinya adalah Xian Tian Gong.

Huang Yaoshi
Pemilik Pulau Bunga Persik dan berjulukan si Sesat Timur. Ia seorang yang serba bisa, mengerti ilmu perbintangan, strategi, jebakan, dan menguasai banyak ilmu silat. Yang terkenal adalah sentilan jarinya, ilmu pedang Pi Kong Zhang, dan ilmu serulingnya.

Zhou Botong
Berjulukan si Bocah Tua Nakal, karena sifatnya yang masih kekanak-kanakan meski telah dewasa. Selain menguasai ilmu-ilmu silat Sekte Quanzhen, ia menciptakan ilmunya sendiri: Pukulan Kosong (Kong Ming Quan) yang bisa bercabang ke jurus Tangan Kanan dan Kiri, sehingga seakan-akan seperti dua orang.

Qiu Qianren
Ketua Partai Tapak Besi (Tiezhang Bai). Jurus andalannya, sesuai dengan nama Partainya, adalah Tapak Besi.

Tujuh Orang Aneh dari Selatan
Ilmu silat ke-7 orang ini sebenarnya biasa-biasa saja. Namun mereka terkenal karena mereka ‘lurus’ dan merupakan guru pertama Guo Jing. Kepalanya Ke Zhen'e, si Kelelawar Hantu, memiliki jurus Ilmu Tongkat Menakluki Iblis (Fu Mo Zhang Fa).


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali


Dalam kisah Kembalinya Sang Pendekar Rajawali muncul sebuah Partai bernama Partai Makam Kuno (Gumu Bai) yang memegang peranan sangat penting. Tokoh utama wanita dan salah satu tokoh jahat utama dalam KSPR merupakan murid dari Partai Makam Kuno ini. Aliran lain yang baru muncul dalam KSPR dan memiliki peranan yang menonjol adalah Lembah Tanpa Cinta. Lembah Tanpa Cinta diketuai oleh si jahat Gongsun Zhi dan kemudian diambil alih oleh istrinya Qiu Qianchi, yang sama jahatnya.

Jurus Tokoh/Partai Utama

Partai Makam Kuno
Ilmu dasar Partai Makam Kuno adalah (ilmu pukulan) Jaring Langit Jala Bumi, yang terdiri dari 108 macam pukulan. Ilmu Jaring Langit Jala Bumi dilatih dengan menepuk/menangkap burung-burung. Salah satu jurus dalam Jaring Langit Jala Bumi adalah jurus Memburu dengan Cengkeraman, jurus yang pertama kali Yang Guo pelajari saat belajar kepada Xiao Longnui. Sedangkan ilmu tertinggi dari Partai Makam Kuno bernama Kitab Hati Gadis Suci. Dengan ilmu inilah Lin Chaoying, pendiri Partai Makam Kuno, mengalahkan Wang Chongyang (pendiri Sekte Quanzhen) yang merupakan pendekar dengan ilmu tertinggi pada masanya. Kitab Hati Gadis Suci terdiri dari 9 bagian, bagian ganjil disebut “Masuk dalam Yin” dan bagian genap disebut “Mundur dari Yang”, dengan total jurus setidaknya 80 jurus. Jurus pamungkas Kitab Hati Gadis Suci bernama Jurus Pedang Hati Gadis Suci, suatu jurus yang memadukan kungfu Kitab Hati Gadis Suci dengan kungfu Quanzhen). Jurus-jurus lain dari Kitab Hati Gadis Suci di antaranya: Jurus Melukis Alis, Jurus Berhias di Balik Tirai, Jurus Menyajikan Nampan, dan Jurus Pukulan Gadis Cantik. Partai Makam Kuno juga memiliki senjata rahasia, yaitu: Sengat Lebah Giok.

Yang Guo
Karena kecerdasan dan persahabatannya dengan tokoh-tokoh besar silat pada masa itu, Yang Guo, tokoh utama dari KSPR, mampu menguasai ilmu-ilmu silat (meski tidak seutuhnya) dari setidaknya 4 dari 5 tokoh silat terhebat masa itu (5 Jagoan Besar). Ia menguasai ilmu Kodok (Ha Ma Gong) – meski hanya sedikit, terbatas dengan waktu latihan yang singkat - dan jurus Penangkal Tongkat Penggebuk Anjing dari si Racun Barat Ouyang Feng. Ia menguasai ilmu silat Sekte Quanzhen dari si Dewa Pusat Wang Chongyang. Ia juga menguasai Ilmu Tongkat Penggebuk Anjing (Da Gou Bang Fa) dari si Pengemis Utara Hong Qigong dan dari si Sesat Timur Huang Yaoshi ia belajar ilmu Sentilan Jeriji Sakti dan ilmu Pedang Seruling Kemala. Di samping semua ilmu silat tersebut di atas, Yang Guo pun menguasai ilmu Partai Makam Kuno (Ilmu Jaring Langit Jala dan Kitab Hati Gadis Suci) dan ilmu Kitab Sembilan Bulan, yang dipelajarinya dari dan bersama Xiao Longnui. Meski menguasai berbagai macam ilmu hebat tersebut, namun sebetulnya tidak ada satu pun yang Yang Guo kuasai secara mendalam. Hal itu baru ia sadari saat menerima teguran dari Hakim Roda Emas Jinlun Fawang pada suatu waktu. Yang Guo waktu itu bergabung dengan Jinlun Fawang, setelah mendengar bahwa pembunuh ayahnya adalah Guo Jing dan Huang Rong (dari Sha Gu). Atas petunjuk itu, Yang Guo pun membentuk kungfu baru, gabungan dari kesemua ilmu silat yang dia kuasai di atas. Dalam perjalanan hidupnya kemudian, takdir mempertemukannya dengan seekor Rajawali Raksasa, yang ‘mempertemukan' Yang Guo dengan majikannya yang telah wafat Dugu Qiubai, seorang pendekar pedang terhebat di jamannya. Dengan menggunakan Pedang Besi Berat milik Dugu Qiubai, ia belajar ilmu Pedang Besi Berat dengan berlatih bersama sang Rajawali Raksasa. Dan dalam penantiannya (akan istrinya Xiao Longnui) selama 16 tahun, Yang Guo menciptakan ilmu pamungkasnya: ilmu Telapak Duka Nestapa, menyarikan semua ilmu yang telah ia pelajari selama ini. Ilmu Telapak Duka Nestapa terdiri dari 117 jurus, di antaranya: Jurus Entah Dari Mana, Jurus Mengeduk Air, Jurus Telapak Duka Nestapa Hilang Ingatan, Jurus Keinginan Ada Tenaga Kurang, Jurus Mayat Berjalan, dan Jurus Derita Tanpa Akhir. Ilmu ini sangat bergantung kepada suasana hati dan emosi.

Xiao Longnui
Selain menguasai ilmu silat Partai Makam Kuno sampai tingkatnya yang paling tinggi (Ilmu Jaring Langit Jala dan Kitab Hati Gadis Suci) Xiao Longnui, tokoh utama wanita dari KSPR, juga menguasai ilmu Kitab Sembilan Bulan dan ilmu Tangan Kiri dan Kanan dari si Bocah Tua Nakal Zhou Botong. Xiao Longnui juga mampu memerintah lebah-lebah untuk menyerang musuh dan dapat menggunakan pita-pita jubahnya sebagai senjata. Ia menggunakan Jarum Sengat Lebah Giok sebagai senjata rahasia atau untuk pertempuran jarak jauh.

Jurus Tokoh Jahat

Hakim Roda Emas Jinlun Fawang
Senjata andalah Hakim Roda Emas adalah lima buah roda yang terbuat dari emas, perak, tembaga, besi, dan timah. Jurus-jurusnya antara lain: Jurus Naga Mengerahkan Tenaga, Jurus Bayangan Naga, Jurus Naga Menjelma, Lima Roda Menyatu, dengan jurus terhebatnya Jurus Naga Memindahkan Tenaga. Jurus Naga Memindahkan Tenaga terdiri dari 13 tingkat secara keseluruhan, tidak ada yang pernah mencapai tingkatnya yang paling tinggi, dan hanya sedikit saja yang bisa mencapai tingkat yang kesepuluh. Jinlun Fawang adalah satu yang bisa menguasainya sampai tingkat yang kesepuluh.

Li Mochou
Kakak seperguruan Xiao Longnui yang membangkang dari partainya ini memiliki senjata rahasia yang sangat beracun Jarum Giok Beracun dan Jarum Perak Es. Obat penawar racunnya tercatat dalam kitab “Rahasia Lima Racun”, yang satu waktu sempat dicuri oleh Lu Wushuang dan dipelajari isinya oleh Yang Guo. Ilmu terhebat Li Mochou adalah ilmu Tapak Lima Racun dan hudtim.

Gongsun Zhi
Gongsun Zhi menggunakan sepasang senjata, golok emas bergerigi dan pedang hitam, sebagai senjata utamanya. Jurus terhebatnya dikenal dengan nama Jurus Golok Yin-Yang. Selain itu ia juga memiliki ilmu Pertahanan Titik Darah, sehingga tidak mudah untuk menotoknya, dan ilmu Formasi Jala.

Pada akhir cerita Kembalinya Sang Pendekar Rajawali muncul kitab ‘pasangan’ dan tandingan (yang konon dapat menandingi kehebatan) Kitab Sembilan Bulan (Jiu Yin Zhen Jing): Kitab Sembilan Matahari (Jiu Yang Zhen Jing). Kitab ini memegang peranan penting di bagian ke-3 dari Trilogi Rajawali, kisah Pedang Langit dan Golok Naga.

Pedang Langit dan Golok Naga


Meski tema utama cerita Pedang Langit & Golok Naga berkisah seputar perebutan dua senjata terhebat pada masa tersebut itu, yang di dalamnya tersembunyi rahasia ilmu silat hebat Kitab Sembilan Bulan (Jiu Yin Zhen Jing), Kitab Delapan Belas Jurus Pukulan Penakluk Naga, dan Wu Mu Yi Shu (buku strategi perang yang ditulis oleh Yue Fei); ilmu silat/kitab utama yang paling berperan dan menonjol dalam Pedang Langit & Golok Naga sebenarnya adalah tiga berikut: Kitab Sembilan Matahari (Jiu Yang Zhen Jing), Pergeseran Alam Semesta (Qian Kun) ilmu terhebat dari Sekte Ming, dan Taichi yang diciptakan oleh Zhang Sanfeng dari Wudang. Ketiga ilmu ini dikuasai oleh Zhang Wuji, membuatnya menjadi pendekar terhebat di masanya.

Kitab Sembilan Matahari (Jiu Yang Zhen Jing)
Sejarah Kitab Sembilan Matahari jauh lebih kabur dibandingkan sejarah Kitab Sembilan Bulan. Desas-desus mengatakan pendiri Shaolin Da Mo-lah pencipta Kitab Sembilan Matahari ini. Keberadaan kitab ini sendiri baru terangkat ke dunia persilatan pada akhir kisah Kembalinya Sang Pendekar Rajawali, saat penjahat Mongolia Yin Kexi dan Xiao Xiangzi mencuri kitab tersebut dari kuil Shaolin. Pustakawan Shaolin Jue Yuan dan muridnya, Zhang Junbao, memburu Yin Kexi dan Xiao Xiangzi sampai ke Gunung Hua, di mana Lima Tokoh Besar Baru yang baru saja diangkat (Sesat Timur Huang Yaoshi, Gila Barat Yang Guo, Biksu Selatan Yideng, Pendekar Utara Guo Jing, dan Bocah Nakal Pusat Zhou Botong) sedang memberikan penghormatan mereka kepada Pengemis Utara Hong Qigong dan Racun Barat Ouyang Feng yang mati di sana. Dengan bantuan Yang Guo, Zhang Junbao berhasil menghadang Yin Kexi dan Xiao Xiangzi, akan tetapi Kitab Sembilan Matahari tidak dapat mereka temukan. Tanpa diketahui oleh mereka semua yang berada di Gunung Hua tersebut, Yin Kexi telah menyembunyikan Kitab Sembilan Matahari ke dalam perut seekor gorilla besar. Sebelum hembusan nafasnya yang terakhir, Yin Kexi mencoba memberitahu rahasia tersebut kepada tetua Partai Kunlun He Zudao, namun tidak dapat ditangkap dengan baik. Yin Kexi mencoba mengatakan “Kitab itu ada di dalam gorilla”, namun didengar oleh He Zudao sebagai “Kitab itu ada di dalam minyak”, sehingga menimbulkan tanda tanya kepada semua orang selama kurang lebih seabad lamanya.

Biksu Jue Yuan telah mengingat seluruh isi Kitab Sembilan Matahari, dan sebelum kematiannya tiga tahun setelah kitab itu hilang, ia mendiktekan isi Kitab Sembilan Matahari itu kepada Zhang Junbao, Guo Xiang, dan seorang biksu Shaolin lainnya bernama Mo Shi, yang masing-masing dapat mengingat berbagai bagian dari isi kitab tersebut. Zhang Junbao (yang kemudian lebih dikenal sebagai Zhang Sanfeng) dan Guo Xiang mampu menggabungkan berbagai prinsip dari Kitab Sembilan Matahari tersebut ke dalam ilmu silat pribadi mereka dan ke dalam ilmu silat partai yang mereka kemudian dirikan, Partai Wudang dan E’Mei, demikian juga halnya Mo Shi bagi Shaolin.  Tak seorang pun, akan tetapi, menguasai Kitab Sembilan Matahari secara lengkap sampai seorang pendekar muda bernama Zhang Wuji, putra dari murid Zhang Sanfeng Zhang Chuisan, menemukan gorilla tersebut. Zhang Wuji yang baru berumur 15 tahun pada waktu itu kemudian menghabiskan waktu lima tahun berikutnya mempelajari Kitab Sembilan Matahari dan begitu menyelesaikannya di umur 20, ia menjadi salah seorang pendekar silat terhebat di masanya.

Pergeseran Alam Semesta (Qian Kun)
Ilmu Pergeseran Alam Semesta merupakan ilmu tertinggi dari Sekte Ming. Ilmu ini terdiri dari 7 tingkatan secara keseluruhan dan menurut buku petunjuknya mereka yang cerdas membutuhkan waktu sekurangnya 7 tahun untuk dapat menguasai setiap tingkatannya (dan dua kali lebih lama bagi mereka yang kurang berbakat). Zhang Wuji akan tetapi, karena kecerdasan dan penguasaannya akan ilmu Sembilan Matahari, mampu menguasai ilmu Pergeseran Alam Semesta ini sampai kepada tingkatnya yang tertinggi hanya dalam waktu beberapa jam saja. Tidak ada seorang pun dalam sejarah yang pernah mencapai tingkat yang dicapai Zhang Wuji ini sebelumnya. Sebetulnya masih terdapat 19 kalimat dalam tingkat yang ke-7 yang belum dipahami dan dikuasai oleh Zhang Wuji. Tokoh Ming penulis dari ilmu Pergeseran Alam Semesta ini sendiri hanya mampu menguasai sampai tingkatnya yang ke-6. Tingkat yang ke-7 hanya merupakan teori dan angan-angannya, bila Zhang Wuji berlaku rakus dan ngotot menguasai ke-19 kalimat yang belum dipahaminya itu, ia mungkin dapat berakhir fatal.

Taichi
Tai Chi diciptakan oleh Zhang Sanfeng di masa tuanya, umurnya waktu itu sudah mencapai 100 tahun lebih. Ilmu yang diciptakannya melalui pertapaan selama 18 bulan, mencakup 2 jenis ilmu: jurus (tangan kosong) Tai Chi dan jurus pedang Tai Chi. Ilmu ini memampukannya di usianya yang sudah lanjut untuk melawan musuh yang lebih kuat dan cepat. Ada 4 prinsip dasar dalam Tai Chi: menggunakan ketenangan melawan pertempuran, kelembutan melawan kekerasaan, lambat melawan kecepatan, dan seorang diri melawan sebuah group. Tai Chi mengutamakan penyatuan bentuk dan semangat, murni jalankan keinginan, dan tidak menggunakan tenaga. Menyamar sebagai seorang murid rendah Partai Wudang Zhang Wuji mendapat pengajaran ilmu (tangan kosong) Tai Chi ini secara tidak langsung dari Zhang Sanfeng. Jurus-jurusnya mencakup antara lain Jurus Ekor Pipit, bagai rapat – tertutup, dan Jurus Bangau Putih Kembangkan Sayap, Melepas Harimau ke Gunung. Jurus pedang Tai Chi kemudian dipelajari Zhang Wuji secara langsung dari Zhang Sanfeng di hadapan musuh-musuhnya yang berasal dari Mongolia dan dengan hanya menggunakan sebuah pedang kayu ia mengalahkan Pedang Langit yang digunakan musuhnya.

Adaptasi Trilogi Rajawali

Meski memang tidak sebanyak adaptasi dalam bentuk serial TV, novel Trilogi Rajawali juga telah memiliki cukup banyak adaptasi dalam bentuk komik. Novel terjemahan dalam Bahasa Indonesia bahkan telah muncul di Indonesia jauh sebelum serial TV dan komiknya masuk.
Sabtu, 28 April 2012 | 0 komentar | Label: , , , ,

Followers